Tuesday 5 February 2013

Tanya dan Butir-Butir Debu



Ini hari minggu. Kata mama, Minggu adalah hari bersih-bersih rumah. Kata papa, rumah yang bersih dan nyaman harus selalu diusahakan. Dan begitulah, hari ini Tanya membantu papa dan mama bersih-bersih. Membersihkan debu-debu di perabotan rumah jadi tugas Tanya.
“Permisi ya, debu. Aku bersihin kalian pakai kemoceng ya.”
“Iya. Silakan, Tanya,” ujar butir-butir debu.
“Bu, debu, kalian itu kecil-kecil dan lucu, ya.”
“Kalau kecil sih iya, Tanya. Tapi kalau lucu, masa iya? Lucu apanya?”
“Kalian lucu, soalnya kalian bilang ‘Iya, silakan, Tanya.’ waktu aku baru aja mau bersihin kalian. Tapi, liat aja deh, besok-besok kalian pasti sudah menempel di macam-macam perabotan. Di meja, di kursi, di bingkai-bingkai foto, di mana-mana.”
“Hehehe....” Butir-butir debu tertawa kecil.
“Bisa gak sih kalian gak datang-datang lagi?”
“Gak bisa, Tanya. Kami ditakdirkan berangkat lewat angin dan kembali ke angin. Angin membuat kami menempel di perabot-perabot. Kalau kamu bersih-bersih, kami kembali ke angin. Tapi angin bawa kami lagi di rumahmu atau rumah-rumah lainnya,”
“Ih, kok angin gitu?”
“Angin punya tujuan kok, Tanya,”
“Apa tujuannya coba? Bikin manusia bersin-bersin?”
“Ih, bukan. Biar tidak bersin-bersin, manusia harus rajin bersih-bersih. Bersih-bersih itu salah satu cara nunjukin perhatian ke orang-orang di rumah.”
“Hum, jadi angin kirim kalian biar aku bisa nunjukin perhatian ke papa dan mama. Gitu?”
Butir-butir debu belum sempat menjawab. Papa datang.
“Tanya, kok malah ngomong sendiri?”
“Hehehe. Tanya lagi ngehapalin naskah drama di sekolah, Pa.”
“Oh, yasuda. Ayo, bersihin debu-debunya. Habis itu mandi terus kita makan siang bersama.”
“Iya, pa.”
Tanya lalu menyapukan kemocengnya di pigura berisi fotonya bersama papa dan mama. Sebelumnya, ia beri kedipan mata ke butir-butir debu itu sebagai ucapan perpisahan, sampai mereka bertemu lagi. 

No comments:

Post a Comment