Saturday 5 January 2013

Anugerah dari Langit



Judul tulisan ini adalah arti dari “Yovi Amanda”. Nama teman saya. Saya bertemu dengan Yovi di tahun 2008. Saat itu kami berdua sama-sama masih mahasiswa baru di Fakultas Filsafat UGM. Meski tak pernah saling sapa saat masa orientasi mahasiswa (yang dinamakan OSPrEK oleh panitianya), saya memperhatikan Yovi sejak itu. Adalah kuteks warna-warni yang menghiasi kuku-kukunya yang membuat saya memperhatikan Yovi. Saya suka caranya mewarnai kuku-kukunya, caranya menyandangkan apa-apa di tubuhnya. 

Dulu, di tahun awal kuliah, ketika banyak mahasiswa gemar jalan dan nongkrong bersama-sama, Yovi lebih senang menyendiri ke laboratorium komputer. Tampaknya, saat itu ia lebih senang menulis blognya dan mengirim surat-surat elektronik pada seorang laki-laki. Perlu beberapa bulan saling sapa biasa untuk membuat saya dan Yovi bisa bercakap dengan lebih akrab.
Seingat saya, penanda kedekatan kami adalah tulisannya tentang saya. Selain, tentu saja, panggilan “sayang” yang kami gunakan untuk menyapa satu sama lain (dan saya lupa dimulai sejak kapan tapi masih tetap kami gunakan sampai sekarang). Saya pernah membuat satir terkait panggilan sayang itu. “Memang cuma kamu yang awet panggil aku sayang, yang.” Kala itu, saya baru putus dengan kekasih saya. Oiya, saya dan Yovi hanya orang-orang biasa. Yang lebih senang bercakap-cakap tentang orang dan peristiwa ketimbang membicarakan ide ketika kami berjumpa. Tapi, dari sana, saya yakin, kami berdua tetap belajar sesuatu. Misalnya, ketika sedang membicarakan seorang kawan yang nyinyir, saya pikir baik saya dan Yovi belajar untuk tidak menjadi nyinyir. Atau ketika membicarakan pernikahan kawan yang lain, bisa jadi hadir tanya reflektif dalam diri masing-masing: kapan giliran saya? Apakah saya cukup berani untuk menikah? Dan masih banyak lagi hal-hal yang terbagi di antara kami.

Hari ini, 05 Januari 2013, Yovi berusia 23 tahun. Dia resmi beda 2 tahun dengan saya. Di usia 23 tahun, Yovi, menurut saya, sudah punya alasan yang cukup untuk berbahagia. Dia punya gelar sarjana, dia punya pacar, dia punya pekerjaan, dan dia punya keahlian (betapa saya iri pada bakatnya di musik dan seni rupa). Dan tentu saja dia punya mimpi. Sepertinya Yovi sedang giat menabung, mempersiapkan diri untuk hubungan yang lebih tinggi tarafnya dari berpacaran, dan mencari beasiswa untuk lanjut S2. Mimpi-mimpi, yang, entah dia sadar atau tidak, selalu saya tanyakan kabarnya setiap saya bertemu dengannya. Meski saya tidak pernah mendoakan Yovi agar mimpi-mimpinya tercapai, saya yakin mimpi-mimpi Yovi itu bisa jadi nyata. Dan jika keyakinan sudah ada, saya pikir doa jadi tidak perlu. 

Salah satu sketsa Yovi. Di sketsa ini adalah saya dan dia.

Jika tidak salah hitung, sudah 5 ulang tahun Yovi yang terlewati sejak kami berteman. Tapi tak pernah sekalipun di ulang tahunnya saya memberikannya kado. Saya yang mengaku teman akrabnya ini. Saya yang bertukar panggilan “sayang” dengannya. Pun Yovi tidak pernah memberikan kado saat saya berulang tahun. 

Tadi ada tawa kecil yang hadir ketika saya menyadari hal di atas. Tapi bisa jadi kado-kado itu sebenarnya sudah hadir selama ini. Hanya saja tidak tiap 5 Januari dan tidak tiap 17 April yang ulang tahun saya. Kado-kado itu berwujud kunjungan saya ke kosannya dengan membawa es krim saat dia patah hati, baju-bajunya yang dipinjamkan tiap saya menginap di kosnya (dan selalu telat saya kembalikan), waktu-waktu yang kami sisihkan di tengah rutinitas masing-masing untuk keluar makan dan bertukar kabar, saran Yovi agar saya meninggalkan mantan kekasih saya yang suka memukul dan khianat, beberapa ide yang pernah saya berikan untuk ilustrasi-ilustrasi Yovi, kerelaan masing-masing dari kami untuk menggantikan jadwal mengajar Tia jika ada yang berhalangan, saling puji yang kami berikan atas sandang dan aksesoris yang kami kenakan, pesan saya agar dia sabar saat ada masalah dengan kekasihnya, perjalanan kami berdua ke Yogya-Solo-Yogya di suatu waktu, kepercayaan masing-masing dari kami untuk membagi kisah-kisah keluarga, dan masih banyak lagi.

Sekali lagi, hari ini Yovi ulang tahun. Mungkin besok, ada baiknya saya datang ke kosnya. Membawakan kado. Kado, bukan untuk memperingati ulang tahunnya, tapi untuk merayakan kesadaran bahwa selama ini tidak pernah ada kado dari saya untuk Yovi di 5 Januari. Sekalian, saya perlu membayar pulsa yang saya beli darinya. Sesuatu yang sudah saya janjikan sejak beberapa hari lalu. Mungkin. Jika besok saya tak jadi ke kosnya, saya tahu, sayalah yang akan menerima kado dari Yovi: pemakluman atas kebiasaan saya menunda-nunda sesuatu. Entah untuk yang keberapa kalinya. Ah, selamat ulang tahun, Yovi Amanda!

No comments:

Post a Comment