Friday 1 February 2013

Sepotong Senja dari Irine



Salah satu karya yang dipamerkan dalam "Senja, Secangkir Teh, dan Sepinggan Gorengan". Diambil dari Facebook Anya Paramitha.


Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?

Dengan baris-baris itu Seno Gumira Ajidarma membuka “Sepotong Senja untuk Pacarku”. Alkisah, cerpen itu pernah jadi kegemaran Irine Octavianti Kusuma Wardhanie dan mantan pacarnya. Pernah ada hari-hari di mana mereka saling berkirim potret senja dan berpuisi tentang senja. Sayangnya, akhir kisah mereka tak seindah senja di ufuk barat. Demi merayakan lubang besar yang menganga di dalam dirinya lepas perpisahan mereka, Irine lalu membuat sebuah pameran bernama “Senja, Secangkir Teh, dan Sepinggan Gorengan”. Saya bayangkan, dalam kisah mereka, Irinelah yang menjelma Sukab. Pameran itulah senjanya. Mantannya adalah Alina. Irine mungkin, lewat “Senja, Secangkir Teh, dan Sepinggan Gorengan”, mengirimkan kerinduan, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia seperti yang dikirimkan Sukab kepada Alina. Adakah Irine tahu bahwa Alina, yang bisa diketahui lewat suratnya, sebenarnya tidak mencintai Sukab? Bahwa ia mungkin, seperti Sukab, terlalu berjuang untuk seseorang yang tidak mencintainya. Saya lupa menanyakan hal itu kepada Irine saat mengajukan beberapa pertanyaan terkait pamerannya di suatu malam, setelah pamerannya usai.

Cerita dong latar belakang pameran "Senja, Secangkir Teh, dan Sepinggan Gorengan"?

Saya baru putus. Putusnya itu lewat chat di internet. Suatu hari saya bangun, lihat kalimat-kalimat yang terpampang di layar komputer hasil chat kami: kita harus putus. Aku gak keluar kamar seminggu. Saya capek nangis. Habis itu saya hubungin seorang teman, namanya mbak Widi. Entah kenapa kepikirannya dia. Saya sms, “Mbak, saya capek nangis. Yuk gawe acara (ayo bikin acara).” Habis itu dia tanya kenapa saya nangis. Saya bilang saya baru putus, bla bla bla. Yauda, datanglah saya ke sebuah kedai kopi dekat kampus. Dari situ, ngonsepin acara. Latar belakang kenapa nama pamerannya “Senja, Secangkir Teh, dan Sepinggan Gorengan” sebab saya dan mantan pacar sama-sama suka cerpennya Seno Gumira Ajidarma, “Sepotong Senja untuk Pacarku”. Jadi, ada suatu ketika, satu bulan penuh, waktu saya KKN, senjanya bagus banget dan saya suka motret dan ngirim ke dia. Dia pun gitu. Dia di tempat kerjanya. Dia ngirim potret-potret senja. Terus kita sama-sama suka membuat puisi tentang senja. Berpura-pura sebagai Sukab dan Alina. Pernah ada satu ketika, waktu itu janji sama diri sendiri, angan-angan, kalau dia pulang nanti dari Manado, saya sudah menunggunya. Kami pacaran jarak jauh. Yogyakarta-Manado. Dia pulang ke Bandung, akan ada sebuah perayaaan kecil. Sebuah welcome party buat dia nanti. Setelah setahun dia ninggalin kotanya, setahun ninggalin saya. Dan itu sudah direncanain. Dia pulang rencananya tanggal 20 Desember 2012. Tanggal 5 November kami putus. Ternyata harus putus kan yah? Yauda, sekalian aja buat acara ini. 

Berarti sebelumnya kamu mau nyamperin dia ke Bandung. Mau bikin welcome party buat dia di sana. Tapi, karena kalian putus, jadi kamu bikin pameran di Yogya. Kalau jadi di Bandung kan jelas yang kamu rayakan apa. Nah, kalau pameran ini, apa yang kamu rayakan?

Sebenarnya pameran ini perwujudan emosiku. Pelepasan emosi. Karena ketika kami putus, yang aku rasain adalah lubang besar yang menganga di dalam diriku.  Jadi, aku cuma gak mau sendirian sih sebenarnya. Pengen ngumpul sama teman-teman. Pengen lihat orang baru. Makanya, aku mengonsepkan acara di mana kita bisa kumpul dan cerita-cerita. Di mana acara itu seperti saat kamu datang ke temanmu, terus cerita “Aku habis gini, gini, gini, loh. Aku habis putus dan rasanya gini, gini, gini.” Selama ini orang galau selalu diejek. Tapi ketika beberapa orang galau itu ngumpul, jadilah sebuah pameran. Merayakan kenangan. Karena sebenarnya, selama kami pacaran itu tidak terlalu banyak kenangan bersama. Tapi karena terlalu banyak itu malah membekas banget. Karena setiap kita bisa ngobrol, itu jadi berarti banget. Sekali lagi, pameran ini merayakan sebuah kenangan, sebuah kehilangan. Bahwa kenangan, kehilangan, harus mendapatkan sebuah tempat. Ada seorang teman pernah memberikan respon untuk pernyataanku: “Aku malu nangis terus. Tapi aku gak bisa nahan nangis.” Dia bilang, “Ya, sebenarnya sekalian aja orang tahu bahwa kamu itu benar-benar sakit. Bahwa kamu itu pengen nangis. Kamu merasa kehilangan. Yauda, biar aja orang lain tahu.” Jadi, pameran ini juga dibikin supaya orang lain tahu, terkesan narsis memang, bahwa kehilangan itu harus tetap dapat ruang. Bukan cuma kebahagiaan, bukan cuma perayaan-perayaan yang bisa bikin kita senyum. Tapi hal-hal memalukan, yang nangis, yang patah hati, ditinggalin pacar, diputusin pacar tanpa alasan, juga harus dirayain.

Konsep pamerannya bagaimana?

Konsep adalah merespon puisi-puisi di blogku. Kita mengajak semua orang untuk terlibat, untuk gabung aja. Yang suka melukis, ayo. Yang suka fotografi, ayo. Yang suka kerajinan tangan, ayo. Jadi tidak terbatas. Karena selama ini kalau kita datang ke sebuah pameran itu tuh terbatas. Misalnya, pameran lukisan, yauda yang kita lihat hanya lukisan dan caption. Pameran kemarin sengaja didesain dengan tema-tema yang berbeda per ruangannya. 

Tema per ruangan itu apa aja?

Tempat pameran itu terbagi empat, aku misalkan bagai ruang-ruang dalam rumah, ada ruang tamu, kamar dua, dan satu gudang. Di ruang tamu itu konsepnya pagi hari. Semua aktivitas pagi hari ada di situ. Berwarna-warni. Cerah ceria. Gak ada warna gelap sama sekali. Warna nyolok bahkan banyak boneka-boneka. Itu gambarin kekonyolan-kekonyolannya kita, kekanak-kanakannya kita waktu jatuh cinta. Ya, kadangkala orang mikir norak. Norak banget. Ya iya. Itu yang kita rasain. Di ruang kedua itu senja. Itu ruang sore. Di situ ada instalasi dari teman-teman otakatik kreatif dan ada instalasi dreamcather dari mbak Widi. Itu nyeritain ketika kamu harus menghadapi sebuah masalah. Ringkasnya, masalah cinta. Kamu mulai merasa goyah. Kamu bingung, kamu melankolis. Itu senja. Ketika masuk ke ruang ketiga, ruang gelap. Itu benar-benar diatur gelap. Isinya instalasi saya berkolaborasi dengan seorang fotografer. Ruangan itu seperti sebuah ruangan sehabis perang. Ada suatu kejadian besar, ada sebuah kemarahan yang meledak di ruangan itu. Ada bingkai yang jatuh, patah bingkainya. Ada yang pecah kacanya. Ada kursi terbalik. Ada kotak musik. Ada foto-foto. Ada bunga mawar yang jatuh. Itu gambarin perasaanmu udah hancur di situ. Sedang di ruang terakhir ada dreamcatcher dengan satu fotonya mbak Widi. Dreamcatcher itu ibarat mimpi, mimpi buruk. Saat patah hati, kita tidur itu cuma buat menghindari mimpi buruk juga. Kita harus milih, mau tidur terus atau bangun untuk hadapi kenyataan. Singkatnya itu adalah ruang untuk memilih, kamu mau move on atau gak

Yang terlibat dalam pameran siapa aja? Ada apa aja di pameran ini?

Di pembukaan ada tarian Women in Hope. Tentang seorang perempuan yang ditinggalkan begitu saja oleh kekasihnya. Seorang perempuan yang sangat mencintai laki-lakinya dan berharap memiliki kehidupan bersama di jenjang berikutnya. Tapi sayang, di tengah-tengah perjalanan cintanya dia harus ditinggalin. Dia sempat meminta lelakinya itu kembali, tapi lelakinya itu menolak. Ada beberapa mahasiswa ISI, mbak Nia dan mbak Devi. Untuk crafting ada teman-teman dari Magic Fingers. Terus foto, ada mbak Widi dan mbak Fira. LifePatch itu untuk instalasi. Otak-atik kreatif juga instalasi. Dan saya sendiri. 

Dengar-dengar akan ada mini album dan buku juga?

Iya, ada mini album senja dan buku. Mini album itu berisi 6 lagu yang berangkat dari puisi-puisi. Akan diluncurkan di bulan Februari bersama dengan buku. Buku itu adalah kumpulan kisah tentang senja. Itu merupakan respon teman-teman yang suka nulis. Aku meminta mereka memilih sebuah karya dalam pameran kemarin yang menurut mereka menarik. Itu kemudian dijadikan sebuah tulisan. Tulisannya terserah mereka. Yang akan diterbitkan bekerjasama dengan Indie Book Corner. Dalam buku yang sama juga akan ada beberapa puisi saya yang jadi semacam selipan-selipan. 

Kembali ke apa yang membuat kamu berpameran. Kamu tadi bilang bahwa pameran ini kamu anggap sebagai pelepasan perasan-perasaan kamu. Pamerannya kan udah selesai nih. Nah perasaanmu?
Belum selesai. Masih ada perasaannya. (Kemudian tertawa) Aku masih pengen bilang ke orangnya, “Aku kangen kamu.”

Pertanyaan terakhir: orang itu, mantan kamu, tahu tidak kamu bikin pameran ini?

Aku gak tahu. Aku gak tahu, dia tahu atau gak.

2 comments:

  1. menarik sekali, mbak. patah hati justru "dipamerkan" ke khalayak lewat karya.

    ReplyDelete
  2. sebuah pameran untuk merayakan kesedihan.

    ada dokukmentasi foto2 yg lainnya gak mbak? penasaran sama empat ruangnya :)

    ReplyDelete